Apa Itu Botulisme ? Baca Disini
Botulisme merupakan suatu bentuk keracunan spesifik sebagai akibat penyerapan toksin yang dikeluarkan oleh Clostridium botulinum, yang terdiri dari 6 strain imunologik, yaitu strain A,B,C,D,E dan F. Toksin botulinum adalah toksin yang kuat. Spora C.botulinum dapat bertahan pada suhu 100 C sampai beberapa jam, tetapi pada suhu 120 C spora dapat rusak dalam waktu kurang lebih 30 menit. Semua jenis toksinnya dapat hancur pada suhu 100 C selama 10 menit, atau 80 C selama 30 menit.
Infeksi pada manusia biasanya melalui makanan yang tercemar oleh toksin botulinum yang telah terbentuk sebelumnya. Sangat jarang melalui luka yang terinfeksi oleh C.botulinum. Tidak ada bukti bahwa kuman botulinum membentuk toksin di dalam saluran pencernaan.
Botulisme terjadi bila terdapat hal-hal seperti di bawah ini :
- Makanan tercemar oleh kuman C.botulinum atau sporanya.
- Kondisi yang memungkinkan pertumbuhan spora.
- Kondisi dan keadaan yang memungkinkan terbentuknya toksin sebelum makanan tersebut dimakan.
- bahan yang mengandung toksin tersebut tidak atau kurang sempurna dipanaskan.
- Bahan makanan yang tercemar toksin dimakan oleh penjamu yang peka.
Toksin botulinum diserap terutama di lambung dan bagian atas usus halus. Toksin yang mencapai bagian bawah usus halus dan usus besar mungkin dapat diserap secara perlahan-lahan dan menyebabkan gejala dengan mula kerja lambat maupun lama pada beberapa penderita.
Toksin botulinum mempunyai efek farmakologis yang sangat spesifik, yaitu menghambat hantaran pada serabut saraf kolinergik dan mengadakan sparring dengan serabut adrenergik. pada penyelidikan diperlihatkan bahwa sejumlah kecil toksin mengganggu hantaran saraf di dekat percabanagan akhir dan diujung serabut saraf. sebelum motor end plate, dan menghambat pelepasan asetikolin. Reaktivitas serabut otot terhadap asetilkolin tidak mengalami gangguan. hal ini berbeda dengan kerja kurare yang menghambat respons serabut otot terhadap asetilkolin.
Manifestasi Klinis
Akibat botulisme bervariasi sebagai penyakit yang ringan sampai dengan penyakit yang berat dan dapat meninbulkan kematian dalam waktu 24 jam. Gejala-gejala klinis biasanya dimulai 12-36 jam setelah toksin termakan, walaupun pernah pula dilaporkan setelah 3-14 hari. Pada umumnya bila gejala timbul lebih cepat, maka keadaannya lebih serius dan berat. Gambaran klinisnya sangat khas, yaitu dilatasi pupil yang menetap, kekeringan selaput lendir, dan kelumpuhan otot yang progresif dengan angka kematian yang tinggi.
Gejala lain dapat berupa mual dan muntah, rasa lemah, pusing, dan vertigo, rasa kering pada mulut dan tenggorok, kadang-kadang disertai rasa nyeri di tenggorok, dan gejala neurologis dapat timbul segera dan bersamaan atau sesudah 12-72 jam, berupa gangguan penglihatan ( kabur ), diplopia, disfonia, disfagia,, kelelahan, dan diikuti dengan gangguan otot-otot pernapasan.
Pasien biasanya tetap sadar, berorientasi baik, dan afebris, tapi pada yang berat kadang-kadang kesadaran dapat samnolen, kesulitan berbicara, dan menelan. Selaput lendir mulut dan lidah kering dan kasar. Kelemahan serabut otot terutama pada leher, ektremitas proksimal, dan otot-otot pernapasan timbul sesuai dengan perjalanan penyakit. Refleks tendo biasanya tetap baik. Bisa didapatkan distensi abdomen dengan bising usus melemah atau menghilang, serta retensi urin.
Gejala terakhir, berupa kelumpuhan otot pernapasan ( paralisis respirasi ), kegagalan pernapasan, obstruksi jalan napas, dan infeksi sekunder pada paru-paru, dapat menjadi penyebab-penyebab kematian. Henti jantung yang mendadak sering terjadi pada beberapa pasien dengan gangguan pernapsan yang berat, tetapi apakah hal ini terjadi sekunder oleh karena anoksia atau kerja primer dan toksin botulinum masih belum jelas.
Pada pasien yang sembuh, kembalinya fungsi otot-otot pernapasan, menelan, dan berbicara dapat berlangsung cepat, dan perbaikan tersebut sering terjadi dalam waktu 1 minggu. Kelemahan umum, konstipasi, gangguan okular dapat menetap untuk beberapa minggu, bahkan kadang-kadang beberapa bulan.
Penatalaksanaan
Pasien dengan botulisme dapat meninggal karena kegagalan pernapasan. Trakeostomi segera atau penggunaan respirator mekanis dapat mempertahankan hidup. Enema pembersih diberikan untuk mengeluarkan toksin yang tidak diserap dalam usus besar. Segera setelah diagnosis klinis dibuat, dilakukan uji klinis terhadap anti toksin. Bila negatif segera diberikan 100.000 unit antitoksin tipe A dan tipe B serta antitoksin tipe E 10.000 u secara iv. Karena setiap antitoksin tersebut adalah antigen spesifik, maka tidak ada proteksi silang diantara antitoksin-antitoksin tersebut.
Karena antitoksin botulisme tetap berada dalam sirkulasi darah selama 30 hari, maka dianjurkan dosis terapeutik total harus segera diberikan daripada pemberian dosis kecil secara multipel dalam waktu yang lebih lama. Antitoksin dengan dosis, 1/3-1/2 dosis terapeutik harus diberikan sebagai profilaksis pada orang-orang yang diketahui makan bahan makanan yang tercemar namun belum memperlihatkan gejala-gejala klinis.
Ada dugaan bahwa C.botulinum dapat berkembang biak di dalam saluran cerna manusia, maka sebaiknya diberikan pula antibiotik untuk mencegah komplikasi infeksi yang spesifik.