Mengenal Gagal Ginjal Akut
Mengenal Gagal Ginjal Akut - Gagal ginjal menyebakan ginjal tidak mampu untuk membuang sampah metabolik tubuh dan melakukan fungsi regulatornya. Gagal ginjal akut ( GGA/ARF ) adalah kehilangan fungsil ginjal mendadak dan fungsi ginjal hampir hilang semuanya disebabkan oleh kegagalan sirkulasi renalis atau disfungsi glomerular atau tubulus. Tiga kategori GGA yaitu prerenal ( hiperperfusi ginjal ), intrarenal ( kerusakan aktual pada jaringan ginjal ), dan pasca renal ( obstruksi pada aliran ginjal ).
Fase Klinis Gagal Ginjal Akut ( GGA )
- Periode awal dimulai dengan awal serangan dan berakhir ketika terjadi oliguria.
- Periode oliguria ( volume urine kurang dari 400 ml/24 jam ) ; gejala uremik pertama kali timbul.
- Periode Diuresis : peningkatan secara bertahap haluaran urine, yang menandakan flitrasi glomerular telah memulih.
- Periode pemulihan : perbaikan fungsi ginjal dapat membutuhkan waktu 3-12 bulan.
Faktor Risiko Untuk GGA
- Hipovolemia
- Hipotensi
- Penurunan curah jantung dan gagal ginjal kongestif.
- Obstruksi ginjal atau saluran urine oleh tumor.
- Bekuan darah atau batu ginjal
- Obstruksi bilateral vena atau arteri renalis.
Manifestasi klinis
- Anuria, poliuria, atau oliguria dapat terjadi.
- Tampak sakit kritis dan letargik dengan mual, muntah, dan diare persisten.
- Kulit dan membran mukosa kering; napas berbau urine ( uremik fetor ).
- Manifestasi sistem saraf pusat; mengantuk, sakit kepala, kedutan otot, dan kejang.
- Pengeluaran urine terlalu sedikit, mungkin tampak bersemu darah dan mempunyai berat jenis rendah.
- Tampak peningkatan BUN dan nilai kreatinin serum menetap.
- Hiperkalemia berat dan dapat mengarah pada disritmia dan henti jantung.
- Asidosis progresif, peningkatan konsentrasi fosfat serum, dan kadar kalsium serum rendah.
- Anemia ( karena kehilangan darah akiat lesi uremik gastrointestinal, penurunan masa hidup sel-sel darah merah, dan penurunan pembentukan eritropoetin.
Penatalaksanaan GGA
Tujuan pengobatan adalah untuk memulihkan keseimbangan kimia normal dan mencegah komplikasi sehingga perbaikan jaringan ginjal dan pemulihan fungsi ginjal dapat terjadi. Identifikasi, obati, dan hilangkan semua penyebab yang mungkin.- Atasi penurunan kadar pembentukan eritropoetin dengan pemberian parenteral eritropoietin ( Epogen ) untuk mencegah anemia.
- Dialisis untuk mencegah komplikasi serius uremia yaitu hiperkalemia, perikarditis, dan kejang; hemodialisis, hemofiltrasi, atau dialisis peritoneal.
- Pantau terhadap hiperkalemia termasuk kadar elektrolit serum, pengkajian elektrokardiografi ( peninggian gelomang T ).
- Brikan resin pertukaran ion ( natrium polistiren sulfonat ) per oral atau dengan enema retensi.
- Sorbitol per oral atau dengan enema. Kaji terhadap terjadinya pengerasan feses.
- Lakukan segera dialisis peritoneal, hemodialisis, atau hemofiltrasi pada klien dengan kadar kalium serum yang tinggi dan terus meningkat.
- Erikan glukosa IV dan insulin atau kalsium glutamat sebagai suatu kedaruratan dan tindakan sementara untuk mengatasi hiperkalemia.
- Berikan natrium bikarbonat untuk merang*sang peningkatan pH plasma.
- Gunakan natrium bikarbonat dengan tindakan jangka panjang lainnya, seperti pembatasan diet dan dialisis.
- Tangani keseimbangan cairan berdasarkan pada berat badan harian; pengukuran serial tekanan vena sentral; konsentrasi serum dan urine; kehilangan cairan; tekanan darah; dan status klinis.
- Gunakan flowchart untuk mencatat informasi yang berkaitan untuk menandakan tingkat sampai berapa kondisi mengalami perbaikan atau penyimpangan.
- Gunakan masukan parenteral dan oral serta haluaran urine, drainase gastrik, feses, drainase luka, dan perspirasi seagai dasar untuk penggantian cairan.
- Timbang berat badan setiap hari.
- Auskultasi paru-paru terhadap tanda-tanda krakles basah.
- Kaji terhadap edema umum dengan memeriksa area presakral dan pretibial beberapa kali sehari.
- Pulihkan aliran darah yang adekuat ke ginjal dengan medikasi dan cairan IV seperti manitol, furosemid, atau athacrynic.
- Infus albumin bila gagal ginjal akut disebabkan oleh hipovolemia sekunder akibat hipoproteinemia.
- Atasi syok dan infeksi, jika ada.
- Pantau gas darah arteri jika terjadi asidosis berat.
- Lakukan tindakan ventilatori yang sesuai jika berkembang masalah pernapasan ( bisa memutuhkan terapi natrium bikarbonat atau dialisis ).
- Kontrol kenaikan konsentrasi serum fosfat dengan agen pengikat fosfat ( aluminum hidroksida ).
- Batasi diet protein sampai mendekati 1g/kg BB selama fase oliguria untuk meminimalkan pemecahan protein dan untuk mencegah penumpukan hasil akhir toksik.
- Penuhi kebutuhan kalori dengan pemberian makanan tinggi kalori.
- Batasi makanan dan cairan yang mengandung kalium dan fosfor ( pisang, buah dan jus jeruk, kopi ); batasi masukan kalium sampai 40-60 mEq/hari.
- Batasi natrium sampai 2 g/hari ( dapat membutuhkan nutrisi parenteral total ).
- Evaluasi kimia darah untuk menentukan jumlah natrium dan air yang dibutuhkan untuk penggantian selama fase oliguri.
- Setelah fase diuretik, berikan diet tinggi protein, tinggi kalori dan berikan dorongan untuk meneruskan aktivitas secara bertahap.
Tags : gambar gagal ginjal akut,artikel gambar gagal ginjal,gagal ginjal kronik,gejala gagal ginjal, pengobatan gagal ginjal, terapi gagal ginjal, penyebab gagal ginjal, stadium penyakit ginjal
0 Response to "Mengenal Gagal Ginjal Akut"
Post a Comment